Jumat, 07 Agustus 2009

Dilema Presiden Terpilih

Pemilihan presiden tanggal 8 Juli 2009 lalu, telah memunculkan satu pasangan pemenang, yakni SBY-Boediono yang mendapatkan suara terbanyak di antara dua kandidat lainnya. Dari hasil rekapitulasi penghitungan suara di KPU, SBY-Boediono meraih 73.874.562 suara (60,80%), Mega-Prabowo 32.548.105 suara (26,79%), dan JK-Wiranto 15.081.814 suara (12,41%).

Dengan hasil tersebut dapat dipastikan bahwa pilpres hanya berlangsung satu putaran, meskipun saat ini masih menyisakan gugatan yang dilayangkan oleh dua pasangan calon yang dinyatakan kalah ke Mahkamah Konstitusi.

Langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh pemenang pilpres adalah menyusun kabinet yang akan bekerja untuk membangun bangsa ini ke depan secara bersama-sama. Pemilihan menteri-menteri yang akan menempati pos-pos tertentu biasanya menjadi wewenang khusus dari presiden terpilih dengan menerima masukan dari wakil presiden dan partai-partai pendukung. Dan, SBY diperkirakan akan mengalami kesulitan dan dilema dalam menentukan orang-orang untuk mengisi posisi menteri yang akan membantunya bekerja selama kurang lebih 5 tahun ke depan.

Hal tersebut dikarenakan banyaknya parpol yang menjadi pendukung pasangan nomer urut 2 ini dalam pilpres yang lalu. Setidaknya ada 5 parpol peraih kursi di DPR yang akan ‘berebut’ posisi menteri, yakni PD, PKS, PAN, PPP, dan PKB. Mereka tentunya akan ‘berebut’ jatah menteri yang ada dengan menyodorkan kader-kader terbaiknya untuk bisa mengisi kursi menteri yang tersedia. Belum lagi tuntutan dari partai-partai non parlemen yang juga menjadi pendukung SBY-Boediono yang jumlahnya mencapai puluhan dan juga berharap kepentingannya diakomodasi.

Di sinilah akan muncul dilema kedua bagi SBY, apakah akan memilih orang-orang partai yang dinilai kredibel atau justru kembali memilih orang-orang non partisan yang selama ini memang sudah terkenal dedikasi dan keahliannya dalam bidang tertentu. Seperti kita ketahui bersama sebelumnya, sempat muncul konflik dan ancaman penarikan dukungan dari partai-partai peserta koalisi setelah SBY mengabaikan usulan cawapres yang mereka ajukan dan akhirnya memilih Boediono.

Akan muncul pilihan antara politik balas budi terhadap parpol-parpol pendukung yang akan berhadapan dengan politik profesionalisme dalam mengisi posisi menteri yang ada. Sebagai presiden yang telah memiliki pengalaman sebelumnya, SBY harus dapat menentukan pilihan yang tepat agar hubungannya dengan mitra koalisinya tetap harmonis, sehingga pemerintahannya kali ini dapat berjalan dengan baik dan efektif. Dan, kita akan segera mengetahui keputusan apa yang akan diambil oleh SBY...

0 komentar:

Posting Komentar