Perseteruan antara KPK dan Polri yang terus menjadi headline media massa di tanah air disebut banyak pihak sebagai gambaran riil tentang bobroknya sistem hukum yang berlaku di negeri ini. Kasus ini menyebabkan konflik yang semakin melebar dan melibatkan pihak yang semakin banyak. Pihak-pihak yang berseteru tidak lagi hanya KPK dan Polri, tapi kini melibatkan pihak Kejaksaan Agung, Anggota Komisi III DPR RI, Tim 8, dan berbagai pihak lainnya.
Tudingan kriminalisasi terhadap dua pimpinan KPK nonaktif, Chandra M. Hamzah dan Bibit Samad Riyanto pun semakin kentara seiring dengan terkuaknya isi rekaman suara yang telah diperdengarkan oleh Mahkamah Konstitusi kepada publik.
Konflik tersebut semakin membuka mata banyak pihak tentang konspirasi besar dan terencana para mafia hukum dan pengadilan yang berusaha untuk mematikan langkah KPK sebagai lembaga yang bertugas memberangus korupsi di Indonesia.
Efek yang terjadi kemudian adalah kemarahan masyarakat terhadap para wakilnya yang duduk di Komisi III DPR RI yang sangat ‘bernafsu’ mendukung Polri dan Kejaksaan Agung untuk meneruskan perkara ini, meski Tim 8 yang dibentuk oleh Presiden SBY telah menyatakan bahwa bukti yang disodorkan polisi tidak cukup. Masyarakat menganggap wakil mereka di Komisi III bersikap acuh dan telah mengkhianati aspirasi mereka untuk menghentikan kriminalisasi kepada Chanda – Bibit. Seperti kita ketahui, kasus KPK vs Polri yang berlarut-larut dan pengusutannya yang terkesan tidak transparan membuat masyarakat mengambil jalan protes melalui media social networking yang saat ini sedang in.
Ungkapan kekecewaan tersebut mengemuka pada situs jejaring sosial facebook yang sedang ngetop. Lewat grup “Gerakan 1.000.000 Facebookers Dukung Chandra Hamzah dan Bibit Samad Riyanto”, masyarakat yang merasa simpati dengan kondisi yang menimpa Chandra – Bibit ‘berkumpul’ untuk menyatakan dukungannya. Hingga Selasa (17/11), grup tersebut telah berhasil menjaring 1,3 juta dukungan. Angka tersebut setara dengan 11% dari total pengguna facebook di tanah air, yang menurut situs checkfacebook berjumlah 11,8 juta pengguna. Kehadiran ‘sidang rakyat’ di dunia maya ini seakan untuk menyindir sikap pasif anggota dewan ‘yang sebenarnya’.
Pemanfaatan situs jejaring sosial sebagai alternatif baru penyaluran aspirasi masyarakat menjadi menarik untuk disimak. Kita ketahui bersama bahwa selama ini facebook terkenal sebagai ajang bernarsis ria bagi para pemiliknya, sehingga melihat jumlah dukungan yang begitu besar pada grup tersebut rasanya kita perlu mengoreksi pendapat tersebut. Karena ternyata para facebooker masih memiliki concern terhadap masalah serius di negeri ini, meski cukup banyak yang menilai sebagian besar anggota grup tersebut hanya ikut-ikutan dan tidak mengerti permasalahan yang terjadi secara mendalam.
Untuk meng-counter pendapat tersebut, memang diperlukan edukasi lebih lanjut dan penyebaran informasi secara lengkap tentang kronologis kasus yang sedang terjadi. Hal ini penting agar masyarakat (baca: facebookers) yang ikut-ikutan mendapatkan pemahaman dan memiliki informasi yang cukup serta memiliki alasan yang jelas saat mengambil sikap untuk bergabung dalam parlemen online tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar